Sudah Benarkah Syahadat Kita

Jumat, 24 Agustus 2018

SUDAH BENARKAH SYAHADAT KITA ?

“Asyhadualla ilaha illallah"
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah..

“Wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah”
Dan aku bersaksi bahwa muhammad itu utusan Allah.

Itulah kalimat bunyi syahadat srta artinya yg kita ucapkan selama ini, tentu saya yakin bhw anda tlh yakin bhwa bunyi serta arti itulah yg tlh benar menurut anda selama ini. Dn saya tentu saja pasti jg sepaham dgn anda bhw memang itu sudah benar bunyi serta artinya, tdk boleh di tambah atau di kurangi apalagi di ubah-ubah. Siapa yg merubahnya maka ia telah sesat akal budi srt tdk sah masuk Islamnya.

Lalu saya bertanya, pernahkah Anda melihat Allah ? Pernahkah anda melihat Muhammad Rasulullah itu ? Anda menjawab, belum ! Saya tanya lagi, pernah kah Anda bertemu dgn Allah ? Pernahkah anda bertemu dgn Muhammad sang Rasul itu ? Anda jawab lagi “belum”! Lalu saya katakan  ”Berarti syahadat anda palsu…! Saya jamin pasti anda akn terkejut dn sedikit tersinggung. Tapi biarlah, lha wong kalau mau meluruskan itu ya kadang di caci maki dulu.

Baiklah saya akn mulai bukakan logika apa yg saya pakai utkk berkata bhwa anda ber-Syahadat palsu. Bukankah Islam itu memang agama yg di penuhi logika..? Islam bukanlah agama takhyul yg tdk ada sebab akibat. Ingat, bukan syahadat anda yg palsu, tapi anda ber-syahadat palsu, itu yg saya maksud.

Kita mulai dari kata “aku bersaksi…”  Coba anda pahami dan ingat baik baik apa itu kata bersaksi..?? Apa arti sebenarnya dari bersaksi...?? Sesungguhnya “bersaksi” arti sebenarnya adalah “menyaksikan” atau
"Melihat”, Bersumpah janji bahwa melihat dan menyaksikan”. Adakah arti lain selain itu dari kata bersaksi….? Silahkaan cek dgn menggunakan bahasa seluruh dunia ini pastilah tetap kembali artinya seperti yg saya tulis ini.

Jelaslah sudah anda berkata kpd saya dlm Syahadat bahwa "aku menyaksikan atau melihat bhkan sama dgn bertemu bahwa tiada Tuhan selain Allah dn aku menyaksikan atau melihat jelas bahwa  Muhamad itu utusan Allah”. Dan ironisnya saat saya tanya, apakah Anda sudah pernah melihat Rasulullah..? Anda jawab belum.

Makanya saya mengatakan bhw anda ber-syahadat palsu. Bagaimana mungkin anda belum prnah melihatnya tetapi anda berkata aku melihatnya ? Apa itu tdk palsu nama nya…????

Anda belum prnah datang ke Bali tyapi anda mengatakan ke saya bahwa Bali itu indah…? apakah itu bukan info palsu namanya.??

“Jika seandainya anda menjadi saksi di pengadilan atas terdakwa saya”, Dn anda adalah saksi meringankan saya di pengadilan pidana”. Lalu pak hakim bertanya : ”Saudara …benarkah anda saksi dari terdakwa…? Anda jawab iya. Lalu pak hakim bertanya lagi ”Anda kenal dengan terdakwa..? Anda jawab iya”. Dan terakhir si hakim bertanya : "Pernahkah Anda bertemu terdakwa”..? Anda jawab belum pernah. Sampai pada pertanyaan ini maka hakim akan mengatakan : ”Bagaimana bisa anda menjadi saksi bagi si terdakwa sementara anda belum pernah bertemu terdakwa..? Berarti anda telah melakukan kesaksian palsu..? dan pidananya orang yg bersaksi palsu itu sama hukuman penjaranya dengan si pelaku pidana. Itu baru hukum di pengadilan, bagaimana jika anda bersaksi palsu tentang Allah dan Kerasulan Muhammad ? Saya tdk sanggup membayangkannya.

Setelah membaca hakekat syahadat ini, kadang anda akn menentangnya terlebih dahulu dgn berkata : ”Menurut saya yg paling benar orang bersyadat itu adalah jika sudah benar bunyi serta tajwid bacaannya srta jelas dn tahu artinya, maka itu sudah benar syahadatnya”

Jika anda menganggap bahwa syahadat yg benar adalah sebatas bunyinya/lafadznya yang sudah benar, maka benarlah syahadat anda. Sekarang timbul pertanyaan : Allah yg mana yg anda saksikan ? Muhammad mana yg anda saksikan yang menjadi utusan Allah itu..? Bukankah di tanah Arab saat Muhamad menjadi Rasullullah, ada bnyak orang yg bernama Muhammad..?

Perlu anda ketahui bahwa nama “Muhammad itu jika di tanah Arab itu sama dgn nama” Ujang atau Asep kalau di Sunda” dan Abang atau Bujang kalau di Riau. Bambang atau Joko di Jawa. Jadi sangat banyak orang yg bernama Muhammad saat itu, apalagi jaman sekarang ada jutaan orang yg bernama Muhammad, jangan-jangan yg anda katakan Muhammad itu adalah Muhammad Soeharto, Muhammad Otman atau Muhammad Zakaria teman saya.

Lalu anda menjawab lagi, yg saya sebut dalam syahadat itu Muhammad yang Nabi nya orang Islam. Bagaimana anda bisa memastikan bhw Muhammad itu yg anda saksikan adalah utusan Allah. Lha wong Anda belum pernah melihat atau bertemu ?

Cukup sampai disini, renungkanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Mengapa ? Karena hakekat syahadat-musyahadah-syuhada-syahida adalah saksi, penyaksi, kesaksian, menyaksikan, bersaksi. Jadi syahadat artinya saksinya seorang penyaksi yang menyaksikan kpd siapa dia bersaksi. Kalau kita bersyahadat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita harus menyaksikan kehadiran Allah dan Rasul-Nya,kalau tdk menyaksikan, maka saksi kita adalah saksi palsu dan syahadatnya batal. Intinya syahadat bukan sekedar ucapan belaka tanpa disertai penyaksian, tetapi kesaksian yg muncul berdasarkan pengalaman langsung menyaksikan kpda siapa kita bersaksi. Sehingga kita benar-benar menjadi saksi mata bukan sekedar saksi kuping apalagi cuma saksi mulut.

“Dosa syahadat palsu sebanding dengan dosa menduakan Tuhan” (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah)

“Dosa-dosa yang paling besar ialah syirik kepada Allah, menyakiti kedua orang tua dan syahadat palsu”. Beliau masih terus mengulangi kata-kata itu, sehingga kami (para shahabat) berkata : “Kenapa beliau tidak mau diam?” (HR. Bukhari dan Muslim )

Janganlah kita menyepelekan dua kalimat syahadat yg selama ini kita anggap hanya sebatas kalimat yang harus dihafal dan diucapkan semata, krn tanpa dua kalimat itu maka keislaman kita tidaklah syah. Itulah faham yang selama ini ada dibenak kita, syahadat hanya sekedar sebuah kalimat simbol keislaman, namun pernah kah kita mau sedikit berfikir apa alasan yg mendasar sehingga syahadat itu diberikan posisi teratas da proses keislaman kita ?

Hakekat syahadat adalah persaksian, persaksian antara hamba dn Tuhannya. Mengapa harus ada dua kalimat ? karena jika hanya satu yg bersaksi maka pihak yg lain tak bersaksi, karena didalam syahadat itu ada dua pihak yang bersaksi, yaitu hamba dan Tuhannya. Dimanakah posisi kita dalam dua kalimat syahadat ? Hambakah ? ataukah Tuhan ?

Siapa yg bersaksi dan apa yang kita saksikan ? Disinilah asal muasal sebuah kalimat " jika engkau mengenal dirimu, maka engkau akn mengenal Tuhanmu tapi jika engkau sudah mengenal Tuhanmu, maka engkau akn jahil atas dirimu"

Ketika kita sudah jahil atas diri kita maka naiklah maqam kita ketingkat syahadat selanjutnya yaitu seperti yg terekam dlm surat 20 : 14

"Sesungguhnya Aku ini Allah, tdk ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku"...

"Perintah utk mengingat ALLAH ini Hanya bisa dilakukn oleh Mereka yg tlh Benar 2 Mengenal/Bertemu dgn ALLAH Azza Wa jalla....!

0 comments

Posting Komentar