laguku

Sabtu, 15 Desember 2018

laguku



Emosi Dalam Kehidupan

Rabu, 28 November 2018

*EMOSI*

*Emosi pria mempengaruhi karirnya.*

*Emosi wanita mempengaruhi pernikahannya.*

Setiap hari bacalah artikel ini sekali.
Perlahan diri anda akan berubah.

*Di Thailand* ada orang legendaris bernama *Mr. Bai*, berkata:
*_"Asalkan bisa mengatur emosi dengan baik, maka hal-hal duniawi pun akan lancar."_*

Banyak orang berkonsultasi tentang kelancaran masa depan bisnisnya, rumah tangganya, anak-anaknya, atau pernikahannya. Saya hanya menjawab dengan satu pertanyaan, *"Bagaimana dengan emosi anda, baik atau tidak?".*

Sepanjang hidupnya manusia selalu belajar bagaimana "menjadi orang".
Ini adalah materi pelajaran seumur hidup yang tidak ada istilah kelulusan. Tidak peduli kaum ilmuwan, petani, pekerja, maupun pedagang, semuanya sama. *"Asalkan mau belajar, pasti akan maju."*

*Beberapa pelajaran dalam hidup:*

*1. Belajar meminta maaf.*
Seringkali manusia tidak mau mengakui kesalahannya, menganggap semuanya adalah kesalahan orang lain, dan dirinya sendiri yang benar. Sebenarnya "tidak bisa mengakui kesalahan" merupakan suatu kesalahan. Kita harus bisa meminta maaf kepada orang tua, rekan kerja, masyarakat, bahkan kepada anak-anak dan musuh kita. Meminta maaf tidak akan membuat kita kekurangan apapun, malahan bisa menunjukkan kelapangan hati kita.
"Belajar meminta maaf adalah hal yang baik dan merupakan suatu bentuk pelatihan diri."

*2. Belajar kelembutan hati.*
Gigi kita keras, namun lidah kita lembut. Saat kita menua, gigi akan tanggal, sedangkan lidah kita tetap ada. Jadi kita harus bisa lembut, barulah bisa panjang umur. Sifat keras hati malah merugikan diri kita. Hati yang lembut merupakan pencapaian besar dalam hidup manusia. Orang yang keras kepala biasanya dijuluki berhati dingin, sifatnya dingin, atau hatinya keras seperti besi.
Jika kita bisa mengatur nafas, mengatur postur tubuh, dan mengatur hati kita, ibarat kita menenangkan kuda liar atau monyet liar supaya jinak, maka hidup kita akan lebih bahagia dan panjang umur.

*3. Belajar menahan diri.*
Dalam hidup ini, jika kita bisa "menahan emosi, badai dan ombak pun akan reda".

*"Mundur selangkah, melihat langit dan laut masih luas" (tiada masalah).*

Dengan menahan diri, semua masalah bisa dibereskan. Menahan diri berarti bisa memakai kebijaksanaan untuk mengatur dan mengubah masalah besar menjadi masalah kecil, dan masalah kecil menjadi tiada masalah. Jika kita mau hidup dengan damai, kita harus bisa menahan diri terhadap kebaikan dan keburukan dunia dan masyarakat serta gosip-gosip di masyarakat. Bahkan kita bisa menerimanya *(memakluminya).*

*4. Belajar berkomunikasi.*
Kurangnya komunikasi bisa menimbulkan gosip, perselisihan, dan kesalahpahaman. Hal terpenting dalam hidup bermasyarakat adalah bisa berkomunikasi dengan baik, saling memahami, toleransi, saling membantu. Kita semua adalah saudara, jika selalu bertikai dan miskomunikasi, maka tidak akan bisa hidup berdampingan dengan damai.

*5. Belajar melepas (tidak melekat).*
Hidup kita ibarat sebuah koper, yang diangkat saat perlu dan ditaruh saat tidak perlu.
Saat harus melepas, jika kita malah melekatinya, maka seperti mengangkat koper yang berat dan tidak bisa bebas leluasa.
*Hidup manusia ada batasnya.*
Belajar mengakui kesalahan, menghargai orang lain, dan memaklumi orang lain, barulah kita bisa diterima oleh orang lain. Belajar melepas barulah kita bisa bebas leluasa.

*6. Belajar merasa terharu.*
Saat melihat kebaikan orang lain, kita merasa senang melihat orang baik dan hal-hal baik, dan kita merasa terharu. Bisa merasa terharu adalah suatu bentuk kasih sayang. Dalam hidup banyak hal dan kata-kata yang bisa membuat kita terharu. Jadi kita pun harus berusaha supaya bisa membuat orang lain terharu (dengan berbuat hal-hal baik dan berkata-kata baik).

*7. Belajar bertahan hidup.*
Untuk bertahan hidup, kita harus menjaga kesehatan. Tubuh sehat tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga membuat teman dan keluarga kita merasa tenang. Menjaga kesehatan juga merupakan suatu bentuk bakti kepada orang tua.

Selamat menjalani hidup ini dgn sepenuh kebahagiaan.....

Tetaplah menjadi Baik sampai Akhir hayat.

PEMENANG KEHIDUPAN

*PEMENANG KEHIDUPAN*

Suatu hari, dua org sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut.

Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu.

Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan BERSIKAP SOPAN kepada penjual itu.

Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei....kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? KITALAH SANG PENENTU ATAS KEHIDUPAN KITA, bukan orang lain.”

“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.

“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita.

Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal KITALAH YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS DIRI SENDIRI.”

Memang seringkali.......,
tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi.

Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi.
Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Mari kita renungkan....
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?

JAGA SUASANA HATI.
jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!

Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

“PEMENANG KEHIDUPAN” adalah

⭐ Orang yang tetap sejuk di tempat yang panas,

⭐ Yang tetap manis di tempat yang sangat pahit,

⭐ Yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar,

⭐ Serta yang tetap tenang di tengah badai yang paling hebat....

⭐ Yang selalu bersyukur atas nikmat-Nya

⭐ Yang selalu ikhlas dalam ibadah

⭐ Dan yang selalu sabar disetiap cobaan dan ujian-Nya.

Semangat Beraktifitas ......
Semangat Menggapai Ridho ILAHI
Semoga kita menjadi salah satu pemenang kehidupan ...

Semoga kita bisa terus istiqomah senantiasa bertutur, berfikir dan berbuat yg baik, beribadah dg penuh keikhlasan berharap Ridho Allaah.

*_Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat._*

*Robbana Taqobbal Minna*
Yaa Allaah terimalah dari kami (amalan kami), Aamiin x3 ya robbal aalamiin

Hakekat Maulid Nabi

Kamis, 22 November 2018

Hakekat Maulid Nabi

Maulid Nabi adalah Memperingati Hari lahirnya Nabi muhammad saw. Jika kita artikan secara hakekat maka

Hakekat maulid nabi adalah Memperingati hari  lahirnya hakekat diri kita. Asal usul diri kita hakekat  diri kita yg sejati hakekat nur yg terpancar dari allah swt

Hakekat diri kita adalah ruh dan jasad adalah kasingnya atau pakainnya. Ruh manusia adalah pancaran nur muhammad


Allah SwT berfirman : “Jika bukan karena engkau (Muhammad) tidak akan Kuciptakan alam semesta ini” Hadits Qudsi
Jika bukan karena cinta Allah SwT kepada Muhammad Saw, al-Insan al-Kamil, niscaya takkan tercipta seluruh maujud di alam semesta ini.

Hakekat Ruh manusia itu semuanya dari pancaran Nur Muhammad dan Nur Muhammad itu adalah tajalli atau pancaran dari Allah Swt.

Dalam sebuah hadits yang terkenal di kalangan sufi disebutkan bahwa Nabi bersabda, “ Ana Abal Arwah wa Adam Abal Basyar”. Artinya Aku adalah bapak segala ruh, sedangkan Nabi Adam adalah adalah bapak segala manusia.

Jadi setiap ruh yang ada di dalam setiap manusia itu adalah berasal dari Nur Muhammad, oleh karena itu Allah sangat memulyakan setiap manusia tanpa membedakan agama dan suku bangsanya:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [Qs. Al-Isra’:70]

Oleh karena itu Setiap kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw., itu sama juga dengan memperingati hakekat asal usul diri kita, agar mengingatkan siapa hakekat kita yang sebenarnya. Sehingga kita mengumpulkan bekal yang cukup, agar kita bisa pulang ke asal usulnya

yaitu Innalillahi wa inna ilaihi rajiun artinya "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali."

Marifatullah adalah modalku

Sabtu, 25 Agustus 2018

'' Ma'rifatullah adalah modalku
akal pikiran sumber agamaku
Cinta dasar hidupku
Rindu adalah kendaraanku
dzikirrullah adalah kawan kawan dekatku
keteguhan adalah perbendaharaanku
Ilmu adalah senjataku
ketabahan adalah pakaianku
kerelaan adalah sasaranku
Fakir adalah kebanggaanku
menahan diri adalah pekerjaanku
keyakinan adalah santapanku
kejujuran adalah perantaraanku
ketaatan adalah ukuranku
berjihad adalah perangaiku
dan penyejuk mataku adalah shalatKu"

Menjaga kondisi Tetap Tenang

Jumat, 24 Agustus 2018

MENJAGA KONDISI KETENANGAN DAN KEJERNIHAN HATI DARI UCAP CARA PIKIR DAN PERBUATAN SEHARI HARI

Ubahlah cara berpikirmu maka Nasibmu akan segera berubah.

******
Seorang murid bertanya pada gurunya;

"Guru kenapa ya hidup ini selalu banyak masalah?"

Guru:  "Bukan hidup yang banyak masalah tapi pikiranmulah yang bermasalah...?" 

"Kamu selalu berprasangka buruk pada apa saja dan siapa saja, itulah sebenarnya masalahnya"

Murid: "Tapi faktanya aku selalu mendapat masalah dalam hidupku"

Guru:  " Ya itu karena pikiranmu bermasalah",  Setiap kejadian dalam hidup itu netral pikiran kamulah yang menilai itu "bermasalah" atau "menguntungkan".

Murid : "Maksudnya?"

Guru :  "Misalnya apakah Hujan itu bermasalah atau malah menguntungkan".

Murid : "Bagiku bermasalah, karena kalau aku naik motor dan lupa bawa jas hujan pasti basah kuyup"

Guru :  "Lantas kalau hujan bagi tukang Baso dan Tukang Payung apakah itu bermasalah?"

Murid : " Tentu saja tidak", bagi mereka malah menguntungkan.

Guru :  "yang jadi masalah Hujannya atau orangnya...?

Ingatlah selalu

Ketika kita selalu berprasangka baik maka hal-hal baiklah yang akan kita jumpai di sepanjang waktu kehidupan kita.

dan ketika kita selalu berprasangka buruk  maka hal-hal buruklah yang akan selalu kita jumpai setiap hari.

Jadi jangan mengeluh jika kita termasuk orang-orang yang selalu merasakan pengalaman yang negatif dan tidak menyenangkan di sepanjang hidup kita.

Karena kita dan pikiran kita sendirilah penyebabnya.

Bisa jadi ketika kamu membaca tulisan ini sebenarnya Tuhan sedang mencoba membantu kamu untuk memperbaiki cara berpikirmu, agar hidupmu tidak selalu dirundung masalah.

Jadi mari kita ubah cara berpikir kita saat ini juga agar kita tidak lagi menjumpai pengalaman negatif dan tidak menyenangkan. 

Nah sekarang mari kita cek cara berpikir  kita masing2 yang tercermin dari komentar-komentar kita setiap hari :

1.  Melihat rekan kerjanya naik jabatan
*Orang postif :*
Saya akan belajar dari dia.
*Orang negatif:*
Pasti dia  pinter banget cari muka

2.  Melihat orang pergi Haji
*Orang positif :?*
Ya Allah semoga kelak aku bisa seperti dia
*Orang negatif:*
Hajinya paling cuma buat pamer-pamer doang.

3. Membaca status di WA/FA
*Orang Positif :* terimakasih untuk infonya izin share ya
*Orang negatif:*
 ah infonya basi saya sudah pernah baca kok

4. Membaca status humor di WA/FB
*Orang positif:* terimakasih telah bisa membuat saya tersenyum pagi ini
*Orang negatif:* Garing ! gak lucu !

5.  Turun Hujan
*Orang Positif :* Alhamdullilah udaranya jadi sejuk
*Orang Negatif :*
Ah kalo pas lagi perlu terang malah hujan, Dasar Sial !!

6.  Dapat Gaji
*Orang positif :*  Alhamdullilah bisa buat bayar-bayar kebutuhan
*Orang Negatif:* Percuma gajian juga gak cukup buat bayar2 kebutuhan

7.  Punya Suami baik
*Orang Positif :* Alhamdullilah meskipun gajinya tidak besar tapi suamiku baik dan penuh perhatian.
*Orang negatif :* Percuma punya suami baik, kalo gak bisa cukupin kebutuhan rumah tangga.

8. Melihat orang berpakaian Sederhana
*Orang positif :*
 duh dia orang yang sederhana sekali ya meskipun pejabat.
*Orang Negatif:* Pejabat Tinggi  tapi penampilannya kok kampungan gitu sih.

9. Punya Motor
*Orang Negatif :*
Begini neh kalo naek motor,  kalo pas ujan basah kuyup gak kayak orang yang punya mobil.

*Orang Positif:* Alhamdullilah punya motor, enaknya naik motor itu kalo pas panas gak kehujanan dan kalo pas hujan gak kepanasan.

10. Membaca postingan ini
*Orang Positif:* Terimakasih sudah diingatkan, mohon izin sharing ya biar manfaat bagi yang lain.

*Orang Negatif:* 
"Gak mau baca" karena dianggap menyindir dan menyinggung atau terlalu kasar.

Tipe yang manakah kita....? 
akan menentukan nasib kita.

*Mau ubah nasib ?*
*Segera ubah cara berpikir kita dan komentar kita setiap hari.*

Mari kita berprasangka baik terhadap siapapun agar kualitas hidup kita menjadi lebih baik dan lebih bijak dalam bersikap.amin

Dua Kalimat Syahadat

” DUA KALIMAH SYAHADAT “

HAKEKAT SYAHADAT

PERINGATAN UNTUK KITA SEMUA'......

Materi yg  saya jabarkn disini di jlaskn brdasarkn kpd kaedah-kaedah pengajian secara hakekat dn makrifat semata-mata, jaganlah di banding-bandingkan dgn konteks pemahaman secara syariat  krn matlumat pengajian sangat berbeda Tingkatan ilmunya..

Syahadat adalah merupakan rukun islam yg pertama, dimana seseorang yg ingin menjadikan Islam sbgai cara hidupnya haruslah trlebih dahulu mengucapkan dua kalimah Syahadat ini,  yaitu :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah “  maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan (diiktiraf) sebagai seorang islam.

Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

diartikan :

aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan aku jg bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t.

Sungguh banyak diantara kita yg hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat ini, tetapi jarang sekali yg ingin mengkaji atau mempelajari tntng hakekat pngertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka kitapun turut berbuat demikian, namun kita tdak prnah mau brtanya knpa kita hrz melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “.

Dn knpa jg kita tdk  boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yg lain dr pd kalimah syahadat di atas.

Disamping itu tdk ada yg prnah brtanya knpa kalimat itu bisa  mmbawa  kpd pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didlm kalimah tersebut tdk terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dn tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didlm penafsiran arti  bahasanya oleh para ulama syariat ada trdpat perkatan Tuhan dn Sembah. Dn knp syahadat tdk boleh dikatakan begini :

“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “

yg tentunya lebih sesuai  utk diartikan dgn “ Tiada Tuhan  yg disembah melainkan Allah s.w.t. ”

Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yg membawa pengertian kepada Tiada yg nyata hanya Allah s.w.t.

Jadi bisa disimpulkan disini bhw pengertian yg dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dgn matlumat sebenarnya g hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didlm syahadah itu boleh di diartikan sama dgn Tuhan?

Begitu jg bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar mmbawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bhw nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s.  bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dgn mengakhirkan syahadatnya itu dgn lafaz  wa asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s.,  semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dgn ucapan yang sama, atau mungkin ada yg berpendapat bhw Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dgn cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bhw Islam ini hanya baru ada pd zaman Nabi Muhammad s.a.w.?  dn benarkah Islam tdk pernah ada sebelumnya? dn jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kpd Nabi Muhammad s.a.w., knapa  pula Nabi Muhammad s.a.w. jg mengucap sprti kita mengucap sekarang? Dn knp pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “.

Yg lebih sesuai mmbawa kpd pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yg disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi t akulah pesuruh Allah s.w.t. ”

Masih banyak hal-hal yg perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dn berusaha mencari dn menggali pengertian syahadat yg sebenar-benarnya.

Adapun kalimah syahadat itu adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ adalah dinamakan syahadat Rasul.

Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sbb di dlm kalimah tersebut kita bersaksi dgn sepenuh rasa bhw tiada yg lain hanya Allah s.w.t.  semata-mata, tiada sekutu baginya didlm segala hal, dn tiada sesuatu pun yg bercampur  aduk dengannya kecuali dia semata-mata.

Oleh sebab itulah kita bersaksi dgn diri kita sendiri tiada yg nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isbabkannya kepada nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita).

Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bhw yg menyampaikan dn menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita dan dgn melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dgn diri kita sendiri bhw diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan akn menjaganya utk selama-lamanya.

Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-benar diri yg menyatakan rahasia Tuhan, dan utk menyatakan diri rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul.

Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “

maknanya :

Tiada nyata hanya Allah s.w.t.

Dari sini jelaslah kalimah :

“ Asyhadu alla illaha illallah “

itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dgn jelas kita mengakuinya dgn sesungguhnya,  bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yg dikandung  oleh tubuh zahir kita.

Adapun  kalimah :

“ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) krna hakekat bentuk manusia itu berhakekat dgn huruf Mim krna itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yg telah dilafazkan itu adalah meliputi pd menyatakan diri bathin dn diri zahir kita (Rohani dn Jasmani) yaitu kita menyaksikan yg dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dn diri kasar inilah merupakan sarungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi :

“ Al insanu sirri wa anna sirru “

artinya : Manusia  itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya

Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia utk memegang dn bertanggung jawab trhdap rahasiaNya, itulah sbbnya Allah s.w.t. tlh memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia.

Al-Quran :…

Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dgn satu kejadian yang sebaik-baiknya.

Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yg paling sempurna dan tersusun rapi pd  zahir dn bathin.

Duduknya kemuliaan manusia adalah krna manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yg sanggup memegang rahasiaNya. Sdgkn sbelumnya Allah s.w.t. sendiri prnah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung tuk menanggungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : …

artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia.

Sebab itu bila kita mengucap :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

maka berarti kita bersaksi dgn diri kita sendiri bhw tiada yg nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri,            kita menyaksikan bahwa diri kitalah yg membawa dn menanggung rahasia Allah s.w.t.  dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t.  semata-mata. Tiada sesuatu yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan mengharapkan siaran dari stasiun pemancar  semata-mata dn perlu diingatkan bhw berfungsinya radio tersebut krna dpt menerima gelombang siaran dari stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akn dibuang menjadi sampah, maka begitulah kita.

Kita akn berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya itu serta dpt berfungsi dn bertindak mengenal diri kita sendiri. Krn bila saja kita dpt mengenal diri kita, maka dgn itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah s.w.t. itu sendiri.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :

“ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “

artinya :

Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya.

Oleh karena itu jika kita tdk mengenal diri kita maka kita akan lebih hina daripada sampah di sisi Allah s.w.t.

Adapun sholat itu bukan berarti menyembah, karena bila disebut sembah maka sudah tentu membawa pengertian bahwa ada yg menyembah dan ada pula yg kena sembah, dan tiap-tiap yg di sembah sudah pasti ada di hadapan yg menyembah.

Karena itu bgaimana halnya dgn Allah s.w.t. yg bersifat berlainan dgn benda-benda yg ada dialam semesta ini, dn Allah s.w.t. tidak bertempat dimana atau dimana, jika saja pengertiannya Allah s.w.t.  dihadapan kita maka artinya Allah s.w.t. bertempat. Dan jika ini itikad kita maka kafir-lah jadinya.

Lagi pula bagaimana bisa dikatakan sholat itu diartikan sebagai meyembah, sedangkan manusia itu sendiripun adalah diri rahasia Allah s.w.t.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :

“ Al insanu sirri wa ana sirru “

Artinya : Manusia itu adalah rahasiaku dan diri Akulah rahasianya.

Bahwa sholat itu sebenarnya adalah satu cara menyaksikan diri sendiri, dan sesungguhnya diri kita itu adalah diri Allah s.w.t. semata-mata.

Seyogyanya diingatkan bhw keadaan yg dinyatakan diatas, bukanlah sekali-kali kita boleh beritikad bhw Allah s.w.t. itu duduk didlm diri kita, jika kita beranggapan begitu maka kafir juga jadinya, dan keadaan yg diterangkan diatas jg bukan sekali-kali boleh beritikad bahwa diri batin kita (roh) itu Tuhan dn bertuhankan diri. Jika demikian kafir pula jadinya.

Perlu sekali diingatkan bhw kita ini adalah sbgai kotak radio yg menerima gelombang radio dn rahasia radio, maka utkk menyatakan rahasia radio tersebut adalah stasiun pemancar yg memancari siarannya ke kotak radio, kemudian berbunyilah radio sebagaimana siaran asalnya pd stasiun pemancar.

Begitulah dgn Allah s.w.t.  Dia memuji diri-Nya dengan diri rahasia-Nya yg dikandung oleh manusia.

seperti firman Allah s.w.t. di dalam Hadis Qudsi yg maknanya :

Aku suka mengenal diri-Ku sendiri

Lalu Aku jadikan makhluk ini

Lalu Aku perkenalkan diri Aku

Kepada mereka dn lalu mereka

Pun mengenal Aku

Berawal yg dimaksudkan dengan makhluk didlm Hadis Qudsi diatas adalah manusia.

Adapun yg dikatakan sholat itu berdiri menyaksikan diri karena semasa sembahyang kita wajib berkata :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

Artinya : Bersaksilah aku tiada yg nyata kecuali Allah s.w.t. (diri bathin) dan bersaksilah aku bhw (diri zahir) itu adalah penyata rahasia allah s.w.t. (diri bathin)

Disini terang dn jelaslah bhw kalimah penting itu dilafazkan oleh kita bagi tujuan supaya kita menilik diri kita dgn mata hati kita bhw akulah yg membawa rahasia Allah s.w.t.  semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah s.w.t. semata-mata.

Ucapan penyaksian ini bukan saja dilafazkan oleh lidah, tapi harus dikatakan bersama oleh semua anggota tubuh zahir dan bathin kita, masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri  Allah s.w.t. semata-mata.

Pada saat kita melafazkan syahadat tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuh, jiwa raga, bersamaan dengan itu terasalah oleh kita satu kelezatan yang amat sangat, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kecuali dirasakan sendiri oleh mereka yg pernah mengalami dan sampai pd martabat ini.

Untuk menegaskan hal diatas Allah s.w.t. telah berfirman didalam Al Quran :

Artinya :

Sesungguhnya bagi mereka yg beriman apabila saja disebut Allah s.w.t. niscaya gemetarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka dan kpd Allah s.w.t. mereka bertawakal.

adapun :

“ Asyhadu alla illaha illallah “

Bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.

yaitu bersaksilah aku dengan telinga aku, mata aku, otak aku, kulit aku, daging aku, kaki tangan aku dan seluruh tubuh zahir dan bathin aku. Tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t

Artinya aku melihat dn mendengar dgn penglihatan dn pendengaran Allah s.w.t., tiada aku merasa Allah s.w.t.-lah merasa, tidak aku berkehendak Allah s.w.t yang berkehendak, tidak aku berkuasa Allah s.w.t. yg berkuasa.

Tidak aku ……melainkan….,    tidak-aku ……… melainkan …..

Hanya allah s.w.t. semata-mata.

Singkat kata semua perlakuan kita hendaklah dilihat pada pandangan sepenuhnya kpd Allah s.w.t semata-mata.

Seperti firman Allah s.w.t…

Artinya : Dimana saja kamu menghadap disitulah wajah Allah s.w.t.

Cara ini adalah dgn kita menafikan diri kita yg zahir ini dn kita mengisabkan diri kita yg bathin

Adapun           :

“ Wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “

Artinya :

Dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Dalam kalimah ini kita bersaksi dgn diri kita sendiri  bahwa diri kita jasmani inilah yg menanggung dn membawa rahasia Allah s.w.t. (diri bathin) dn diri kita yang zahir inilah jg yg mnjdi dalil awal akn wujudnya Allah s.w.t. Tuhan semesta alam.

Dgn demikian maka kalimah syahadah itu adalah kalimah hakekat yg menyatakan penyambungan diantara  badan jasmani dgn badan rohani kita. Kalimah ini tidak boleh dipisahkan dn diceraikan diantara satu dgn lainnya.

Setengah ulama brpendpat  bhw adalah tdk boleh bagi kita utk melafazkan kalimah syahadah tersebut dgn cara mewakafkan bacaan dimana-mana, bahagian, dua kalimah syahadah tersebut tdk boleh kita mewakafkan di tengah kalimah  seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang2 awam, krn kita ketahui bhw tubuh dua kalimah syahadat tersebut adalah gabungan rohani dn jasmani kita.

Oleh karena itu tidak boleh kita melafazkan dgn mewakafkan kalimah tersebut pd mana-mana  bahagian kalimah, tapi seharusnya  dibaca secara terus menerus didlm satu nafas.

disamping itu hendaklah dibaca dgn perlahan, panjang dn teratur mengikuti sebutan huruf dan baris masing-masing supaya kelezatan kalimah penyaksian ini dpt dirasai sepenuhnya oleh kita sebagaimana yg pernah dinikmati oleh orang2 ariffinbillah.

Adapun ucapan dua kalimah syahadat yg hanya dilafazkan di mulut tanpa dimengerti apkh sebenarnya hakekat syahadat tersebut adalah dinamakan “ Syahadat Tanda “

Maksud dari hakikat Syahadat tanda ini adalah bertujuan supaya orang yg mengaku diri mereka Islam turut sama mengiktirafkan, bhwa siapa yg mengucap dua kalimah syahadat semacam tadi adalah beragama Islam sprti mereka juga.

Tetapi sebenarnya syahadat semacam itu adalah kosong dn tdk memberi arti apa-apa serta tidak bermakna, artinya jika diibaratkan pisau maka pisau semacam itu adalah pisau tumpul yg tidak pernah mengerti makna tajam. dia hanya semata-mata bergelar pisau tetapi tdk berguna utk apa-apa karena tajam itulah sebenar-benarnya guna dari pisau itu.

Oleh sebab itu maka bagi mereka yg hanya mengerti melafazkan dua kalimah syahadat  tetapi tdk mengerti daripada hakekat  syahadat  maka manusia sebegini adalah manusia ikut-ikutan (Islam karena manusia) dan dia bukan sekali-kali Islam karena Allah s.w.t. dengan itu maka utk menjadi Islam karena Allah maka seseorang itu haruslah mengetahui dan memahami hakekat syahadat yg sebenarnya.

Manusia yg bersyahadat tanda adalah manusia yg mengakui bahwasanya dirinya adalah Islam tetapi pada hakikatnya kosong tiada berisi apapun. Mereka merasai tanggung jawab  terhadap dirinya dan terhadap Tuhannya. Mereka kosong sprti sebiji padi yg tdk berisi (hampa). dia tdk tahan untuk menghadapi ujian Allah s.w.t. dn bergerak mengikuti arus tanpa tujuan. Bila saja ditiup angin ujian niscaya terbanglah ia mengikuti arusnya, dan manusia ini tidak mungkin mendapat petunjuk daripada Tuhannya dn rugi. Orang2 semacam ini  bolehlah kita sebut sebagai manusia Islam kulit. mereka ini tdk mempunyai pegangan malahan pegangannya adalah bergantung terus kpd pegangan manusia lain.

Mereka jg bolehlah dianggap sbgai burung Beo yg pandai brkata-kata tapi dia sendiri tdk memahami apa yg dikatakan. Oleh sbb itu janganlah kita mnjadi pisau tumpul atau burung Beo yang ingin mnjadi manusia.

Dengan demikian saya menghimbau kpd kita semua pahamilah kalimah syahadat ini baik-baik, krn hal ini adalah pokok atau asas kalimah utk menentukan kita dgn Allah s.w.t. kalimah pokok yg mnjdi  dasar Pondasi Ber'Agama..........!!

 Salam.......

Lebih Baik Diam atau pilih...

LEBIH BAIK DIAM atau PILIH...Karena

Rasulullah bersabda, “Tahukan kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahi-nya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim)

Tahukah kalian, ghibah itu lebih hina dari perzinaan atau pelacuran. Imam Ghazali dan  Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Janganlah sekali-kali kamu melakukan pergunjingan, karena pergunjingan itu lebih berat dari perzinaan. Karena, jika seseorang yang berzina kemudian bertobat maka Allah mengampuninya. Sedangkan penggunjing tidak akan diampuni Allah, sebelum orang yang digunjingkan itu memaafkannya.”

Mari kita belajar untuk tidak ngomongin orang walau dalam hati sekalipun semoga kita bisa menjaga lidah dan hati kita agar tetap suci baik di mata manusia maupun di mata Allah swt.amin

Hakekat Mengisi Kemerdekaan

HAKEKAT MENGISI KEMERDEKAAN

Hakikat adalah “isi”, artinya kalau kita ibaratkan dengan buah, bukan bagian kulit dan bukan bagian biji, tetapi isi yang sangat nikmat untuk dirasakan. Sudahkah rakyat Indonesia merasakan nikmatnya kemerdekaan? Ini perlu dipertanyakan kepada seluruh rakyat Indonesia, jika perlu disurvei oleh Tim Survei untuk bicara jujur. Jika sudah merasakan nikmat, apakah nikmat sebatas lahir atau fisik semata, atau menikmati Ruh Kehidupan Bangsa yang merdeka, nikmat yang sebenar-benarnya?  Kalau hanya menikmati keberhasilan infrastruktur suatu bangsa, sedangkan Ruh Kehidupan Bangsa belum bangkit, maka kemerdekaan itu hanyalah kemerdekaan lahir dan belum sempurna.

Mengisi (yang berkata dasar “isi”) kemerdekaan haruslah dengan sesuatu yang ber-“isi” pula. “Isi” adalah sesuatu yang berada di dalam. Jadi, mengisi kemerdekaan haruslah dapat memahami dan memaknai kemerdekaan secara hakiki, secara mendalam, tidak setengah-setengah.

Pengisi kemerdekaan haruslah memiliki kemerdekaan secara hakikat. Kalau tidak, maka tidak akan mampu dan tidak akan dapat mengisi kemerdekaan dengan sebenar-benarnya. Hanya seolah-olah berbuat sesuatu mengisi kemerdekaan, namun sesungguhnya hanya dalam kesemuan belaka.

Pengisi kemerdekaan haruslah mampu memerdekakan akalnya, memerdekakan hati nuraninya, memerdekakan tindakannya, dan memerdekakan Ruhaninya dari ikatan, belenggu, penindasan, dan kekuasaan hawa nafsu rendah. 

Kemerdekaan dari komponen penting di dalam diri manusia tersebut akan mendorong suatu peleburan menjadi satu kesatuan utuh, mengandung kekuatan Tuhan yang sangat dahsyat. Seluruh alam semesta dan seisinya akan tunduk kepada manusia Ihsan. Inilah sesungguhnya Hakikat Kemerdekaan. Dengan demikian, di dalam mengisi kemerdekaan selalu dalam tuntunanNya dan keridhaanNya, dan pasti sejalan dengan visi dan misi para pejuang yang berjiwa Tauhid. Kekuatan Tuhan akan terus mengalir di dalam diri-diri yang bangkit jati dirinya dan akhirnya akan membangkitkan jati diri Bangsa.

Pencapaian Hakikat Kemerdekaan tidak bisa lepas dari makna setiap kata di dalam “Naskah Proklamasi” yang dikaji secara hakikat pula. Pengambil-alihan kekuasaan di dalam diri dan Bangsa harus dikembalikan kepada yang berhak dengan sigap, cepat dan sekilatan, tidak boleh ditunda.

Penundaan akan semakin melemahkan pertahanan diri dan Bangsa. Penjajah, baik secara lahir maupun batin, baik syariat maupun hakikat, akan terus berupaya untuk menguasai dan memperbudak diri-diri yang ingin merdeka.

Jati diri yang bangkit harus dapat memimpin dirinya terlebih dahulu, kemudian bersatu-padu, bersinergi dan bahu-membahu untuk mengisi kemerdekaan.

Kekusutan negeri ini serabutnya sangat kusut, harus digerai dan diurai dengan menggali makna hakikat yang sedalam-dalamnya. Upaya untuk meluruskannya pun berserat-serat dan harus terus diupayakan untuk diurai. Manusia-manusia yang tidak peduli dengan jati diri dan tidak mengenal dirinya adalah manusia yang belum merdeka alias “merdeka” tersebut hanyalah semu belaka.

Hakikat Kemerdekaan itu “Nikmat”. Ruh Bangsa hidup dan berjati diri, tanpa ada belenggu dan tekanan apapun dan dari siapa pun, baik kemerdekaan diri maupun kemerdekaan secara Bangsa.

Marilah kita merenung, merenung dan merenung dan mengakuinya secara jujur, dimanakah posisi kita. Suatu kejujuran akan mendatangkan Hidayah Cahaya Tuhan. Cahaya Hidayah yang akan memberikan solusi hakiki untuk bangsa ini.

Belajar Wudu lahir dan batin

Mari kita belajar wudu secara lahir dan batin karena segala sesuatu pasti ada hakekatnya

Jika kita benar benar berwudu baik lahir maupun batin insaallah penyakit hati tidak akan menempel di hati dan pikiran kira apalagi kita mensucikannya sehari 5 kali

Hakikat rukun wudhu':
1.niat hakikatnya adalah mensucikan hati hanya karena Allah.
2.berkumur2,hakikatnya mensucikan perkataan kita. Agar senantiasa kita menjaga lidah kita dari kata kata yang kotor dan menggunakan lidah kita sesuai fungsinya untuk bertasbih memuja kebesaran allah swt
3.membasuh hidung,maksudnya mensucikan diri dari bau busuk akan dunia. Supaya kita bisa menghirup baunya surga .
4.membasuh muka,hakikatnya mensucikan wajah,supaya tidak seperti orng2 yg celaka.
Agar wajah kita bercahaya
5.membasuh tangan adalah mensucikan tangan supaya tidak berbuat kerusakan. Di muka bumi
6.membasuh kepala adalah mensucikan fikiran agar hanya allah sajalah tempat kita kembali
7.membasuh telinga adalah mensucikan pendengaran dari hal2 kotor agar kita bisa selalu positif thinking. Jika kita mendengar perkataan jelek kita mampu merubah pendengaran kita secara positif sehingga kita tidak terbakar karena mendengar perkataan jelek.
8.membasuh kaki,adalah mensucikan perjalanan hidup kita.langkahkan kaki kita untuk berbuat yang baik baik saja dan beribadah kepada allah saja
9.tertib (berturut2),hidup agar teratur.

Jika kita benar melakukan wudu baik secara lahiriyah maupun batiniah maka pasti akan membekas dalam kehidupan sehari hari bayangkan kita belajar mensucikan kotoran batin sehari lima kali mustahil kotoran batin masih menempel di hati kita . Jika wudu kita benar secara lahir dan batin.

Mari kita belajar intropeksi diri apakah wudu kita sudah benar

Apakah hasil wudu kita membekas dalam kehidupan sehari hari atau

Kita masih angkuh menahan segala kotoran2 hati yg menempel apakah wuduku sudah benar.

Hanya andalah yang tahu akan perubahan pada diri anda akibat berwudu yg benar.

Salam

Anak kecil yang Takut Tersentuh Api Neraka

ANAK KECIL YANG TAKUT TERSENTUH API NERAKA

     Suatu hari ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai. Dia melihat seorang anak kecil sedang mengambil wudhu sambil menangis.

     Melihat anak kecil tadi menangis, orang tua itu pun berkata, “Wahai anak kecil, kenapa kamu menangis?”

   Anak kecil itu menjawab, “Wahai kakek, saya telah membaca ayat al-Qur’an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, ‘Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum’ (Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu).

   Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka.’”

   Orang tua itu berkata, “Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka.”

   Anak kecil itu berkata lagi, “Wahai kakek, kakek adalah orang yang berakal. Tidakkah kakek melihat ketika orang menyalakan api, maka pertama kali yang akan mereka letakkan adalah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu, kemudian baru yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum orang dewasa dibakar.”

   Orang tua itu kembali berkata. Kali ini dengan menangis, “Sungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang dewasa, maka bagaimana keadaan kami nanti?”

   Itulah sepenggal kisah yang sangat menyentuh hati.

   Kisah yang memberikan suatu motivasi dan inspirasi kepada setiap orang untuk meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah SWT.

    Juga menyadarkan setiap kita yang sering terhipnotis oleh gemerlapnya perhiasan dunia sehingga lalai akan kebersamaan Allah SWT dalam setiap aktifitas.

    Semoga Allaah Senantiasa merahmati kita semua dengan kasih sayangnya ,,  Aaamiin ..  Irhamnaa Yaa Allaah

Hidup Dalam Rangkean Tasbih

⚽🎾🏉HIDUP DALAM RANGKAIAN TASBIH 🎾🏉🏀

Berawal dan berakhir di titik yang sama,

Bukan Tasbih jika hanya satu butir,

Bukan Hidup, jika hanya satu rasa,

Kehidupan akan serasa sempurna,

Jika rangkaian butir-butir itu kita lewati

🍡🍡🍡SEPERTI TASBIH YANG MELINGKAR🥨🥨🥨

Seperti itu pula lingkaran hidup

Tiada jiwa tanpa rasa lelap

Tiada raga tanpa berdiri tegap

Tiada ruh tanpa selalu di tatap

🦋🦋🦋DI ANTARA TASBIH MELINGKAR🕸🕸🕸

Ada suka yang terpejam

Ada duka yang tertanam

Ada cinta yang terendam

Ada rindu yang terpendam

🐫🐫🐫HIDUPLAH DALAM RANGKAIAN TASBIH⚡⚡⚡

Di dalamnya tersimpan ketenangan

Di antaranya tersedia kenyamanan

Di himpitannya terpaut kenikmatan

Di lingkarannya tertanam keabadian

👳‍♀👳‍♂🧕DI DALAM BUTIRAN TASBIH🦋🦋🦋

Ketika kita selalu memuji-Nya

Ketika kita takut akan kehendak-Nya

Ketika kita tunduk dalam mentaati-Nya

Ketika kita malu bertatap muka dengan-Nya

🎋🎋🎋HANYA DENGAN BUTIRAN TASBIH🌱🌱🌱

Panutan setiap hitungan amal ibadah

Tauladan setiap jejak berjalannya langkah

Pedoman setiap kita merentangkan sajadah

Penuntun setiap kita mengemban amanah

☘☘☘BEGITULAH TASBIH MELINGKAR☘☘☘

Bersama kita berbagi rasa

Bersama kita berbagi cinta

Dari Allah awal kita datang,

Dari Allah akhir kita kembali

Islam Itu Santun Dan Menjadi Rahmat Buat Semesta Alam

ISLAM ITU SANTUN
DAN MENJADI RAHMAT BUAT SEMESTA ALAM

Apakah Tuhan mengajarkn kalian Utk Saling membenci perbedaan Ber'Agama, Perbedaan pendapat Sehingga Kalian saling Bermusuhan'.....?.

"Kita tak perlu merasa paling benar dalam Ber'Agama, kita hanya mencari hikmah dari setiap perbedaan dalam Ber'Agama, yg utama Mengharap ridho dn rahmad dari  TUHAN YG MAHA ESA...

Perbedaan itu untuk saling mengenal di antara kita contoh buah mangga bentuk dan rasanya seperti itu. Buah rambutan bentuk dan rasanya seperti itu. Perbedaan untuk saling mengenal dan melengkapi

Begitu juga terhadap mahluk"Terimalah semua Makhluk, Karna Sesungguhnya Bgtulah Allah swt.

Allah Tuhan Pemilik Semua AGAMA, Semua mahluk Segala Puji Bgi Allah, Tuhan Semesta Alam.'

" Agama Hanya Untuk Orang Yg Ber'akal, dan Orang yg Tdaak ber'akal, Maka Beginilah Jadinya".....

Dunia adalah Penjara Bagi Ruh

Dunia adalah penjara bagi ruh

Manusia tercipta dari 2 unsur yaitu unsur jasad dan unsur roh di ibaratkan roh adalah burung dan jasad adalah sangkarnya atau penjaranya

Dunia adalah penjara  bagi orang beriman. Apa maksudnya?

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ »

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no 2392).

Buat para pejalan ruhani jika sangkar atau penjara itu lebih kuat maka burung terpaksa terkurung di dalam sangkar tidak bisa ke mana mana sempit dan menyiksa.

Sebaliknya jika ruh atau burung lebih kuat maka akan bebas dari sangkar yg mengurungnya

Jasad di ibaratkan sangkar burung sebagai penjaranya ruh. jasad adalah udara api air tanah. Atau di sebut juga sumber hawa nafsu yaitu jasad kita

Dan burung ibarat ruhnya

Jika hawa nafsu kita lebih besar maka ruh akan di kurung terus tidak bisa kemana mana di dalam sangkar yg sempit

Tapi jika ruh atau burungnya lebih kuat maka akan bisa menundukan hawa nafsunya

Bukan lagi jasad menguasai ruh akan tetapi ruh menguasai jasad

Ruh akan bebas dari belenggu hawa nafsu dunia atau jasad.ruh akan bebas terbang ke alam cahaya merasakan pencerahan ruhani dari sang maha cahaya (nurin ala nurin )

Penyebab Hati Tetap Gelisah Walau Rajin Ibadah

"PENYEBAB HATI TETAP GELISAH MESKI RAJIN BERIBADAH"

Berikut ini sebuah cerita dari Abu Yazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya;

Di samping seorang sufi, Abu Yazid Al Busthami juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak.
Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.

Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.”

Abu Yazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.”

Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”

“Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Abu Yazid.

“Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid.

“Bisa,” ucap Abu Yazid, “tapi kau takkan melakukannya.”

“Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu.

“Baiklah kalau begitu,” kata Abu Yazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping.
Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”

“Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut.

Abu Yazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.”

Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”

Abu Yazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.”

“Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.”

Abu Yazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!”

Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur. “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis.

Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya.

Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Abu Yazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan
dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt.

Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak.
Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?” Nabi menjawab, : ”Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu.”

Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi. Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat dan ahli dzikir, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya;

Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu.
Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.”
Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”

Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya
Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.

Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”

Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?” Nabi masih bertanya,
“Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.” Nabi
kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”

Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah:
Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Abu Yazid Al-Busthami kepada santrinya.

Sudah Benarkah Syahadat Kita

SUDAH BENARKAH SYAHADAT KITA ?

“Asyhadualla ilaha illallah"
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah..

“Wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah”
Dan aku bersaksi bahwa muhammad itu utusan Allah.

Itulah kalimat bunyi syahadat srta artinya yg kita ucapkan selama ini, tentu saya yakin bhw anda tlh yakin bhwa bunyi serta arti itulah yg tlh benar menurut anda selama ini. Dn saya tentu saja pasti jg sepaham dgn anda bhw memang itu sudah benar bunyi serta artinya, tdk boleh di tambah atau di kurangi apalagi di ubah-ubah. Siapa yg merubahnya maka ia telah sesat akal budi srt tdk sah masuk Islamnya.

Lalu saya bertanya, pernahkah Anda melihat Allah ? Pernahkah anda melihat Muhammad Rasulullah itu ? Anda menjawab, belum ! Saya tanya lagi, pernah kah Anda bertemu dgn Allah ? Pernahkah anda bertemu dgn Muhammad sang Rasul itu ? Anda jawab lagi “belum”! Lalu saya katakan  ”Berarti syahadat anda palsu…! Saya jamin pasti anda akn terkejut dn sedikit tersinggung. Tapi biarlah, lha wong kalau mau meluruskan itu ya kadang di caci maki dulu.

Baiklah saya akn mulai bukakan logika apa yg saya pakai utkk berkata bhwa anda ber-Syahadat palsu. Bukankah Islam itu memang agama yg di penuhi logika..? Islam bukanlah agama takhyul yg tdk ada sebab akibat. Ingat, bukan syahadat anda yg palsu, tapi anda ber-syahadat palsu, itu yg saya maksud.

Kita mulai dari kata “aku bersaksi…”  Coba anda pahami dan ingat baik baik apa itu kata bersaksi..?? Apa arti sebenarnya dari bersaksi...?? Sesungguhnya “bersaksi” arti sebenarnya adalah “menyaksikan” atau
"Melihat”, Bersumpah janji bahwa melihat dan menyaksikan”. Adakah arti lain selain itu dari kata bersaksi….? Silahkaan cek dgn menggunakan bahasa seluruh dunia ini pastilah tetap kembali artinya seperti yg saya tulis ini.

Jelaslah sudah anda berkata kpd saya dlm Syahadat bahwa "aku menyaksikan atau melihat bhkan sama dgn bertemu bahwa tiada Tuhan selain Allah dn aku menyaksikan atau melihat jelas bahwa  Muhamad itu utusan Allah”. Dan ironisnya saat saya tanya, apakah Anda sudah pernah melihat Rasulullah..? Anda jawab belum.

Makanya saya mengatakan bhw anda ber-syahadat palsu. Bagaimana mungkin anda belum prnah melihatnya tetapi anda berkata aku melihatnya ? Apa itu tdk palsu nama nya…????

Anda belum prnah datang ke Bali tyapi anda mengatakan ke saya bahwa Bali itu indah…? apakah itu bukan info palsu namanya.??

“Jika seandainya anda menjadi saksi di pengadilan atas terdakwa saya”, Dn anda adalah saksi meringankan saya di pengadilan pidana”. Lalu pak hakim bertanya : ”Saudara …benarkah anda saksi dari terdakwa…? Anda jawab iya. Lalu pak hakim bertanya lagi ”Anda kenal dengan terdakwa..? Anda jawab iya”. Dan terakhir si hakim bertanya : "Pernahkah Anda bertemu terdakwa”..? Anda jawab belum pernah. Sampai pada pertanyaan ini maka hakim akan mengatakan : ”Bagaimana bisa anda menjadi saksi bagi si terdakwa sementara anda belum pernah bertemu terdakwa..? Berarti anda telah melakukan kesaksian palsu..? dan pidananya orang yg bersaksi palsu itu sama hukuman penjaranya dengan si pelaku pidana. Itu baru hukum di pengadilan, bagaimana jika anda bersaksi palsu tentang Allah dan Kerasulan Muhammad ? Saya tdk sanggup membayangkannya.

Setelah membaca hakekat syahadat ini, kadang anda akn menentangnya terlebih dahulu dgn berkata : ”Menurut saya yg paling benar orang bersyadat itu adalah jika sudah benar bunyi serta tajwid bacaannya srta jelas dn tahu artinya, maka itu sudah benar syahadatnya”

Jika anda menganggap bahwa syahadat yg benar adalah sebatas bunyinya/lafadznya yang sudah benar, maka benarlah syahadat anda. Sekarang timbul pertanyaan : Allah yg mana yg anda saksikan ? Muhammad mana yg anda saksikan yang menjadi utusan Allah itu..? Bukankah di tanah Arab saat Muhamad menjadi Rasullullah, ada bnyak orang yg bernama Muhammad..?

Perlu anda ketahui bahwa nama “Muhammad itu jika di tanah Arab itu sama dgn nama” Ujang atau Asep kalau di Sunda” dan Abang atau Bujang kalau di Riau. Bambang atau Joko di Jawa. Jadi sangat banyak orang yg bernama Muhammad saat itu, apalagi jaman sekarang ada jutaan orang yg bernama Muhammad, jangan-jangan yg anda katakan Muhammad itu adalah Muhammad Soeharto, Muhammad Otman atau Muhammad Zakaria teman saya.

Lalu anda menjawab lagi, yg saya sebut dalam syahadat itu Muhammad yang Nabi nya orang Islam. Bagaimana anda bisa memastikan bhw Muhammad itu yg anda saksikan adalah utusan Allah. Lha wong Anda belum pernah melihat atau bertemu ?

Cukup sampai disini, renungkanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Mengapa ? Karena hakekat syahadat-musyahadah-syuhada-syahida adalah saksi, penyaksi, kesaksian, menyaksikan, bersaksi. Jadi syahadat artinya saksinya seorang penyaksi yang menyaksikan kpd siapa dia bersaksi. Kalau kita bersyahadat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita harus menyaksikan kehadiran Allah dan Rasul-Nya,kalau tdk menyaksikan, maka saksi kita adalah saksi palsu dan syahadatnya batal. Intinya syahadat bukan sekedar ucapan belaka tanpa disertai penyaksian, tetapi kesaksian yg muncul berdasarkan pengalaman langsung menyaksikan kpda siapa kita bersaksi. Sehingga kita benar-benar menjadi saksi mata bukan sekedar saksi kuping apalagi cuma saksi mulut.

“Dosa syahadat palsu sebanding dengan dosa menduakan Tuhan” (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah)

“Dosa-dosa yang paling besar ialah syirik kepada Allah, menyakiti kedua orang tua dan syahadat palsu”. Beliau masih terus mengulangi kata-kata itu, sehingga kami (para shahabat) berkata : “Kenapa beliau tidak mau diam?” (HR. Bukhari dan Muslim )

Janganlah kita menyepelekan dua kalimat syahadat yg selama ini kita anggap hanya sebatas kalimat yang harus dihafal dan diucapkan semata, krn tanpa dua kalimat itu maka keislaman kita tidaklah syah. Itulah faham yang selama ini ada dibenak kita, syahadat hanya sekedar sebuah kalimat simbol keislaman, namun pernah kah kita mau sedikit berfikir apa alasan yg mendasar sehingga syahadat itu diberikan posisi teratas da proses keislaman kita ?

Hakekat syahadat adalah persaksian, persaksian antara hamba dn Tuhannya. Mengapa harus ada dua kalimat ? karena jika hanya satu yg bersaksi maka pihak yg lain tak bersaksi, karena didalam syahadat itu ada dua pihak yang bersaksi, yaitu hamba dan Tuhannya. Dimanakah posisi kita dalam dua kalimat syahadat ? Hambakah ? ataukah Tuhan ?

Siapa yg bersaksi dan apa yang kita saksikan ? Disinilah asal muasal sebuah kalimat " jika engkau mengenal dirimu, maka engkau akn mengenal Tuhanmu tapi jika engkau sudah mengenal Tuhanmu, maka engkau akn jahil atas dirimu"

Ketika kita sudah jahil atas diri kita maka naiklah maqam kita ketingkat syahadat selanjutnya yaitu seperti yg terekam dlm surat 20 : 14

"Sesungguhnya Aku ini Allah, tdk ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku"...

"Perintah utk mengingat ALLAH ini Hanya bisa dilakukn oleh Mereka yg tlh Benar 2 Mengenal/Bertemu dgn ALLAH Azza Wa jalla....!

Jiwa Tenang Membuka Pencerahaan Hati

Jiwa Tenang Membuka Pencerahan Hati

Seseorang yang jiwanya tenang akan terbuka segala sifat kebijaksanaan dalam dirinya saat jiwa tenang dan tidak lagi emosional. Perbuatan yang bijak muncul karena jiwanya yg tenang . Kisah-kisah bijak tidak bersifat menggurui namun mengajak pembacanya menyelami ceritanya dan mendapatkan untuk pembelajaran dari cerita kebijaksanaan itu. Pembaca menjadi terbiasa merenung dan menggali maknanya dan di harapkan mendapatkan pencerahan rohani dan kebijaksanaan


Ketika Seseorang yang jiwanya tenang tidak emosian maka dalam menghayati pengetahuan akan didapatkan selalu dengan menggali maknanya dan merenunginya. Orang tidak akan mendapatkan pengetahuan jika masih terus sibuk berdebat dan berbantah secara emosional. Pesan-pesan akan terlewatkan dan maknanya tak terfahami dengan baik sehingga hanya emosi yang di dapat bukan pencerahaan ruhani

Semakin kita berdebat makna dan pencerahan ruhani akan terabaikan .Harusnya kita renungkan makna demi makna pisahkan posisi baik dan buruk dan dengarkan kata hati yang paling dalam maka
“Pikiran yang tenang dapat mendengarkan inti isi karena mampu mengatasi ketakutan-ketakutannya sehingga jiwanya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.”


Suatu nasehat mengatakan, musuh terbesar adalah Melawan diri sendiri. Selama seseorang belum mampu mengendalikan emosinya akan cenderung terlibat dalam konflik bahkan dengan orang-orang yang ingin membantu atau yang berbagi pengetahuan. Ia justru sibuk mencari-cari kesalahan atau menggunakan perspektif negatif hanya untuk memuaskan diri dan merasa menang. Padahal jiwanya kalah sehingga ia memunculkan sifat kesombongan dalam dirinya.

Dalam.diri manusia selalu ada pertempuran” yang hebat antara kekuatan mulia yang berfikiran baik dan positif dengan kekuatan jahat yang berfikiran negatif dan dipenuhi hawa nafsu. Semua itu sudah menjadi kudrat manusia. Tetapi kita diberikan kebebasan untuk membuat pilihan. Bahkan Allah SWT, telah menganugerahi kita kekuatan mulia dan kecerdasan unuk menggunakannya serta bagaimana caranya menguasai fikiran dan perasaan kita itu, malah dengan mudah kita dapat memprogram diri kita agar menjadi sejahtera dan bahagia, meraih apa saja yang kita impikan ada di setiap hal. Bersikap positif adalah suatu pilihan. Kebahagiaan hidupmu tergantung pada kualitas pikiranmu.” Maka bersikaplah tenang agar engkau bisa menentukan jalan hidupmu dengan lebih baik