Cahaya di atas cahaya

Rabu, 08 Oktober 2014

Allah adalah cahaya di atas cahaya
Sesuai dengan surat an nur ayat 35




Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)

Menghargai mahluk paling rendah sekalipun

Manusia tidak boleh merendahkan mahluk apapun Mari kita simak cerita tentang nabi musa

Suatu hari Tuhan berfirman kepada Musa. “Wahai Musa, carilah satu makhluk yang lebih hina dari dirimu untuk kau ajak menghadap kepadaku”. Musa berkata “baik Tuhanku”. Musa pun melaksanakan perintah Tuhannya. Ia berjalan menyusuri setiap tempat untuk menemukan pesanan Tuhannya.

Ketika ia menjumpai kumpulan manusia, beliau mencoba menerka-nerka siapa kira-kira yang paling hina diantara mereka. Karena kebeningan hati  sang Nabi Musa terbenam dalam perenungan, “boleh jadi mereka tampak begitu hina dihadapanku, tapi siapa tau mereka memiliki amalan yang membuat derajat mereka bisa lebih tinggi daripada diriku, aku juga tidak selalu tau dengan hal-hal yang disembunyikan Tuhanku”. Kemudian Musa  berjalan lagi menyusuri tempat demi tempat, ia tampak kesulitan untuk menemukan satu makhluk yang lebih hina darinya. Sampai suatu ketika ia menemuka ada seekor anjing kurap yang pincang dihadapannya.

Musa pun tersenyum, barangkali  makhluk ini bisa aku bawa kepada Tuhanku. Tapi sebelum sempat ia membawa  anjing kurang yang pincang tersebut kepada Tuhan, mata batin sang nabi sontak memberikan memberikan kesadaran.

Musa pun merenung “Boleh jadi dia hanya seekor anjing kurap yang pincang, tapi dia adalah juga Hamba Tuhan, ia memang memiliki berbagai kekurangan, tapi dia tidak mengeluh, dan dia seekor hewan yang tidak dibebani Hisab, sedang aku, masih akan menghadapi peristiwa hisab dihadapan Tuhanku. Aku tak dapat menganggap makhluk ini lebih hina daripada diriku”.

Kemudian Musa menghadap Tuhannya  dengan wajah lesu dan berkata Tuhannya  “Wahai Tuhanku, maafkan aku tidak dapat melaksanakan perintahmu, di seluruh bum ini aku tak dapat menemukan makhlukmu yang lebih hina dari pada diriku”. Kemudia tiba-tiba Musa mendengar  firman Tuhan “Wahai Musa, seandainya saja sempat satu makhluk saja yang kau anggap lebih hina dari pada dirimu, maka aku akan mencabut kenabianmu, perintahku adalah untuk menguji kesiapan batinmu”.


Semakin bersinar cahaya seseorang semakin bijaklah ia dalam bersikap terhadap siapapun bahkan kepada mahluk paling terendah sekalipun

Marifat

Kuci Marifat
adalah mengenal diri
Barang siapa mengenal kepada dirinya sesungguhnya di dapt mengenal kepada tuhannya

Menemui Allah

Cahaya di atas Cahaya