Dua Kalimat Syahadat

Jumat, 24 Agustus 2018

” DUA KALIMAH SYAHADAT “

HAKEKAT SYAHADAT

PERINGATAN UNTUK KITA SEMUA'......

Materi yg  saya jabarkn disini di jlaskn brdasarkn kpd kaedah-kaedah pengajian secara hakekat dn makrifat semata-mata, jaganlah di banding-bandingkan dgn konteks pemahaman secara syariat  krn matlumat pengajian sangat berbeda Tingkatan ilmunya..

Syahadat adalah merupakan rukun islam yg pertama, dimana seseorang yg ingin menjadikan Islam sbgai cara hidupnya haruslah trlebih dahulu mengucapkan dua kalimah Syahadat ini,  yaitu :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah “  maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan (diiktiraf) sebagai seorang islam.

Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

diartikan :

aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan aku jg bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t.

Sungguh banyak diantara kita yg hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat ini, tetapi jarang sekali yg ingin mengkaji atau mempelajari tntng hakekat pngertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka kitapun turut berbuat demikian, namun kita tdak prnah mau brtanya knpa kita hrz melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “.

Dn knpa jg kita tdk  boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yg lain dr pd kalimah syahadat di atas.

Disamping itu tdk ada yg prnah brtanya knpa kalimat itu bisa  mmbawa  kpd pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didlm kalimah tersebut tdk terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dn tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didlm penafsiran arti  bahasanya oleh para ulama syariat ada trdpat perkatan Tuhan dn Sembah. Dn knp syahadat tdk boleh dikatakan begini :

“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “

yg tentunya lebih sesuai  utk diartikan dgn “ Tiada Tuhan  yg disembah melainkan Allah s.w.t. ”

Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yg membawa pengertian kepada Tiada yg nyata hanya Allah s.w.t.

Jadi bisa disimpulkan disini bhw pengertian yg dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dgn matlumat sebenarnya g hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didlm syahadah itu boleh di diartikan sama dgn Tuhan?

Begitu jg bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar mmbawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bhw nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s.  bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dgn mengakhirkan syahadatnya itu dgn lafaz  wa asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s.,  semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dgn ucapan yang sama, atau mungkin ada yg berpendapat bhw Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dgn cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bhw Islam ini hanya baru ada pd zaman Nabi Muhammad s.a.w.?  dn benarkah Islam tdk pernah ada sebelumnya? dn jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kpd Nabi Muhammad s.a.w., knapa  pula Nabi Muhammad s.a.w. jg mengucap sprti kita mengucap sekarang? Dn knp pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “.

Yg lebih sesuai mmbawa kpd pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yg disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi t akulah pesuruh Allah s.w.t. ”

Masih banyak hal-hal yg perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dn berusaha mencari dn menggali pengertian syahadat yg sebenar-benarnya.

Adapun kalimah syahadat itu adalah :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ adalah dinamakan syahadat Rasul.

Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sbb di dlm kalimah tersebut kita bersaksi dgn sepenuh rasa bhw tiada yg lain hanya Allah s.w.t.  semata-mata, tiada sekutu baginya didlm segala hal, dn tiada sesuatu pun yg bercampur  aduk dengannya kecuali dia semata-mata.

Oleh sebab itulah kita bersaksi dgn diri kita sendiri tiada yg nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isbabkannya kepada nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita).

Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bhw yg menyampaikan dn menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita dan dgn melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dgn diri kita sendiri bhw diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan akn menjaganya utk selama-lamanya.

Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-benar diri yg menyatakan rahasia Tuhan, dan utk menyatakan diri rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul.

Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “

maknanya :

Tiada nyata hanya Allah s.w.t.

Dari sini jelaslah kalimah :

“ Asyhadu alla illaha illallah “

itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dgn jelas kita mengakuinya dgn sesungguhnya,  bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yg dikandung  oleh tubuh zahir kita.

Adapun  kalimah :

“ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “

Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) krna hakekat bentuk manusia itu berhakekat dgn huruf Mim krna itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yg telah dilafazkan itu adalah meliputi pd menyatakan diri bathin dn diri zahir kita (Rohani dn Jasmani) yaitu kita menyaksikan yg dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dn diri kasar inilah merupakan sarungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi :

“ Al insanu sirri wa anna sirru “

artinya : Manusia  itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya

Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia utk memegang dn bertanggung jawab trhdap rahasiaNya, itulah sbbnya Allah s.w.t. tlh memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia.

Al-Quran :…

Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dgn satu kejadian yang sebaik-baiknya.

Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yg paling sempurna dan tersusun rapi pd  zahir dn bathin.

Duduknya kemuliaan manusia adalah krna manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yg sanggup memegang rahasiaNya. Sdgkn sbelumnya Allah s.w.t. sendiri prnah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung tuk menanggungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : …

artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia.

Sebab itu bila kita mengucap :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

maka berarti kita bersaksi dgn diri kita sendiri bhw tiada yg nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri,            kita menyaksikan bahwa diri kitalah yg membawa dn menanggung rahasia Allah s.w.t.  dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t.  semata-mata. Tiada sesuatu yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan mengharapkan siaran dari stasiun pemancar  semata-mata dn perlu diingatkan bhw berfungsinya radio tersebut krna dpt menerima gelombang siaran dari stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akn dibuang menjadi sampah, maka begitulah kita.

Kita akn berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya itu serta dpt berfungsi dn bertindak mengenal diri kita sendiri. Krn bila saja kita dpt mengenal diri kita, maka dgn itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah s.w.t. itu sendiri.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :

“ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “

artinya :

Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya.

Oleh karena itu jika kita tdk mengenal diri kita maka kita akan lebih hina daripada sampah di sisi Allah s.w.t.

Adapun sholat itu bukan berarti menyembah, karena bila disebut sembah maka sudah tentu membawa pengertian bahwa ada yg menyembah dan ada pula yg kena sembah, dan tiap-tiap yg di sembah sudah pasti ada di hadapan yg menyembah.

Karena itu bgaimana halnya dgn Allah s.w.t. yg bersifat berlainan dgn benda-benda yg ada dialam semesta ini, dn Allah s.w.t. tidak bertempat dimana atau dimana, jika saja pengertiannya Allah s.w.t.  dihadapan kita maka artinya Allah s.w.t. bertempat. Dan jika ini itikad kita maka kafir-lah jadinya.

Lagi pula bagaimana bisa dikatakan sholat itu diartikan sebagai meyembah, sedangkan manusia itu sendiripun adalah diri rahasia Allah s.w.t.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :

“ Al insanu sirri wa ana sirru “

Artinya : Manusia itu adalah rahasiaku dan diri Akulah rahasianya.

Bahwa sholat itu sebenarnya adalah satu cara menyaksikan diri sendiri, dan sesungguhnya diri kita itu adalah diri Allah s.w.t. semata-mata.

Seyogyanya diingatkan bhw keadaan yg dinyatakan diatas, bukanlah sekali-kali kita boleh beritikad bhw Allah s.w.t. itu duduk didlm diri kita, jika kita beranggapan begitu maka kafir juga jadinya, dan keadaan yg diterangkan diatas jg bukan sekali-kali boleh beritikad bahwa diri batin kita (roh) itu Tuhan dn bertuhankan diri. Jika demikian kafir pula jadinya.

Perlu sekali diingatkan bhw kita ini adalah sbgai kotak radio yg menerima gelombang radio dn rahasia radio, maka utkk menyatakan rahasia radio tersebut adalah stasiun pemancar yg memancari siarannya ke kotak radio, kemudian berbunyilah radio sebagaimana siaran asalnya pd stasiun pemancar.

Begitulah dgn Allah s.w.t.  Dia memuji diri-Nya dengan diri rahasia-Nya yg dikandung oleh manusia.

seperti firman Allah s.w.t. di dalam Hadis Qudsi yg maknanya :

Aku suka mengenal diri-Ku sendiri

Lalu Aku jadikan makhluk ini

Lalu Aku perkenalkan diri Aku

Kepada mereka dn lalu mereka

Pun mengenal Aku

Berawal yg dimaksudkan dengan makhluk didlm Hadis Qudsi diatas adalah manusia.

Adapun yg dikatakan sholat itu berdiri menyaksikan diri karena semasa sembahyang kita wajib berkata :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.

Artinya : Bersaksilah aku tiada yg nyata kecuali Allah s.w.t. (diri bathin) dan bersaksilah aku bhw (diri zahir) itu adalah penyata rahasia allah s.w.t. (diri bathin)

Disini terang dn jelaslah bhw kalimah penting itu dilafazkan oleh kita bagi tujuan supaya kita menilik diri kita dgn mata hati kita bhw akulah yg membawa rahasia Allah s.w.t.  semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah s.w.t. semata-mata.

Ucapan penyaksian ini bukan saja dilafazkan oleh lidah, tapi harus dikatakan bersama oleh semua anggota tubuh zahir dan bathin kita, masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri  Allah s.w.t. semata-mata.

Pada saat kita melafazkan syahadat tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuh, jiwa raga, bersamaan dengan itu terasalah oleh kita satu kelezatan yang amat sangat, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kecuali dirasakan sendiri oleh mereka yg pernah mengalami dan sampai pd martabat ini.

Untuk menegaskan hal diatas Allah s.w.t. telah berfirman didalam Al Quran :

Artinya :

Sesungguhnya bagi mereka yg beriman apabila saja disebut Allah s.w.t. niscaya gemetarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka dan kpd Allah s.w.t. mereka bertawakal.

adapun :

“ Asyhadu alla illaha illallah “

Bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.

yaitu bersaksilah aku dengan telinga aku, mata aku, otak aku, kulit aku, daging aku, kaki tangan aku dan seluruh tubuh zahir dan bathin aku. Tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t

Artinya aku melihat dn mendengar dgn penglihatan dn pendengaran Allah s.w.t., tiada aku merasa Allah s.w.t.-lah merasa, tidak aku berkehendak Allah s.w.t yang berkehendak, tidak aku berkuasa Allah s.w.t. yg berkuasa.

Tidak aku ……melainkan….,    tidak-aku ……… melainkan …..

Hanya allah s.w.t. semata-mata.

Singkat kata semua perlakuan kita hendaklah dilihat pada pandangan sepenuhnya kpd Allah s.w.t semata-mata.

Seperti firman Allah s.w.t…

Artinya : Dimana saja kamu menghadap disitulah wajah Allah s.w.t.

Cara ini adalah dgn kita menafikan diri kita yg zahir ini dn kita mengisabkan diri kita yg bathin

Adapun           :

“ Wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “

Artinya :

Dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Dalam kalimah ini kita bersaksi dgn diri kita sendiri  bahwa diri kita jasmani inilah yg menanggung dn membawa rahasia Allah s.w.t. (diri bathin) dn diri kita yang zahir inilah jg yg mnjdi dalil awal akn wujudnya Allah s.w.t. Tuhan semesta alam.

Dgn demikian maka kalimah syahadah itu adalah kalimah hakekat yg menyatakan penyambungan diantara  badan jasmani dgn badan rohani kita. Kalimah ini tidak boleh dipisahkan dn diceraikan diantara satu dgn lainnya.

Setengah ulama brpendpat  bhw adalah tdk boleh bagi kita utk melafazkan kalimah syahadah tersebut dgn cara mewakafkan bacaan dimana-mana, bahagian, dua kalimah syahadah tersebut tdk boleh kita mewakafkan di tengah kalimah  seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang2 awam, krn kita ketahui bhw tubuh dua kalimah syahadat tersebut adalah gabungan rohani dn jasmani kita.

Oleh karena itu tidak boleh kita melafazkan dgn mewakafkan kalimah tersebut pd mana-mana  bahagian kalimah, tapi seharusnya  dibaca secara terus menerus didlm satu nafas.

disamping itu hendaklah dibaca dgn perlahan, panjang dn teratur mengikuti sebutan huruf dan baris masing-masing supaya kelezatan kalimah penyaksian ini dpt dirasai sepenuhnya oleh kita sebagaimana yg pernah dinikmati oleh orang2 ariffinbillah.

Adapun ucapan dua kalimah syahadat yg hanya dilafazkan di mulut tanpa dimengerti apkh sebenarnya hakekat syahadat tersebut adalah dinamakan “ Syahadat Tanda “

Maksud dari hakikat Syahadat tanda ini adalah bertujuan supaya orang yg mengaku diri mereka Islam turut sama mengiktirafkan, bhwa siapa yg mengucap dua kalimah syahadat semacam tadi adalah beragama Islam sprti mereka juga.

Tetapi sebenarnya syahadat semacam itu adalah kosong dn tdk memberi arti apa-apa serta tidak bermakna, artinya jika diibaratkan pisau maka pisau semacam itu adalah pisau tumpul yg tidak pernah mengerti makna tajam. dia hanya semata-mata bergelar pisau tetapi tdk berguna utk apa-apa karena tajam itulah sebenar-benarnya guna dari pisau itu.

Oleh sebab itu maka bagi mereka yg hanya mengerti melafazkan dua kalimah syahadat  tetapi tdk mengerti daripada hakekat  syahadat  maka manusia sebegini adalah manusia ikut-ikutan (Islam karena manusia) dan dia bukan sekali-kali Islam karena Allah s.w.t. dengan itu maka utk menjadi Islam karena Allah maka seseorang itu haruslah mengetahui dan memahami hakekat syahadat yg sebenarnya.

Manusia yg bersyahadat tanda adalah manusia yg mengakui bahwasanya dirinya adalah Islam tetapi pada hakikatnya kosong tiada berisi apapun. Mereka merasai tanggung jawab  terhadap dirinya dan terhadap Tuhannya. Mereka kosong sprti sebiji padi yg tdk berisi (hampa). dia tdk tahan untuk menghadapi ujian Allah s.w.t. dn bergerak mengikuti arus tanpa tujuan. Bila saja ditiup angin ujian niscaya terbanglah ia mengikuti arusnya, dan manusia ini tidak mungkin mendapat petunjuk daripada Tuhannya dn rugi. Orang2 semacam ini  bolehlah kita sebut sebagai manusia Islam kulit. mereka ini tdk mempunyai pegangan malahan pegangannya adalah bergantung terus kpd pegangan manusia lain.

Mereka jg bolehlah dianggap sbgai burung Beo yg pandai brkata-kata tapi dia sendiri tdk memahami apa yg dikatakan. Oleh sbb itu janganlah kita mnjadi pisau tumpul atau burung Beo yang ingin mnjadi manusia.

Dengan demikian saya menghimbau kpd kita semua pahamilah kalimah syahadat ini baik-baik, krn hal ini adalah pokok atau asas kalimah utk menentukan kita dgn Allah s.w.t. kalimah pokok yg mnjdi  dasar Pondasi Ber'Agama..........!!

 Salam.......

0 comments

Posting Komentar